Jumat, 28 September 2012

contoh makalah (PENINGGALAN BERSEJARAH DILOMBOK)



MAKALAH
(PENINGGALAN BERSEJARAH DILOMBOK)
                                                                









                                                                        



DISUSUN OLEH :
Semester  II
Angkatan tahun 2012/2013







UNIVERSITAS  MUHAMMADIYAH MATARAM (UMM)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
2012/ 2013


KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadiran allah SWT sang penguasa Alam yang maha pengasih dan maha penyayang shalawat serta salam senantiasa terrarah kepada nabi Muhammad SAW. Sehingga kami dapat menyelesaikan perbuatan karya ilmiah dengan judul “peninggalan sejarah dilombok” Pembuatan karya ilmiah ini dimaksudkan sepenuhnya untuk pembaca, Dalam penyusunan makalah ini terdapat kesulitan dan hambatan meski kami pernah langsung turun kelapangan untuk mencari informasi menurut kami info tidak cukup untuk mengisi / berusaha  menyempurnakan  karya ilmiah yang kami buat ini jadi kami juga mengambil sebagian data dari berbagai refrensi dan berkat bantuan dari berbagai pihak alhamdulilah akhirnya karya ilmiah ini dapat diselesaikan
Kami menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna,oleh karna itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun kearah perbaikan dikemudian hari.kami berharap semoga hasil karya ilmiah kami ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan rekan-rekan semua,akhir kata semoga allah SWT selalu memberikan yang terbaik  bagi kita semua.


DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL  ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1  Latar belakang ....................................................................................... 1
1.2  Rumusan masalah .................................................................................. 1
1.3  Tujuan penulisan ................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASA .......................................................................................... 2
2.1  Masjid Pujut .......................................................................................... 3
2.2  Masjid Bayan beleq ............................................................................... 4
2.3  Taman Narmada .................................................................................... 4
2.4  Pure Meru Cakranegara ......................................................................... 4
2.5  Makam Selaparang ................................................................................ 4
2.6  Makam seriwa ....................................................................................... 4
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 4
3.1  Kesimpulan ........................................................................................... 4
3.2  Saran ..................................................................................................... 4
DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar belakang
Dari berbagai situs yang kami temui teryata banyak yang kurang terawat apa karna kurang diperhatikan oleh pemerintah atau mungkin karna kurangnya parawisatawan yang datang apa lagi situs yang dominan besarnya makam tergolong tempat yang sedikit sekali mendatangkan parawisatawan dari mancanegara, Kita bandingkan dengan tempat bersejarah yang ada dipulau jawa sangat berbeda sekali dengan yang ada dilombok umumnya NTB,kondisi ini
Diwilayah Lombok,Propinsi Nusa Tenggara Barat secara kasat mata cukup banyak objek-objek peningalan sejarah  yang bagi masyarakat pendukungnya sangat popular tetapi belum dikenal secara luas,karna kegiatan penelitian yang pernah dilakukan masih sangat terbatas.disisi lain,publikasi diperlukan dalam rangka pengenalan situs terhadap dunia dan menyalurkan hasrat tubuhnya “ rasa kebersamaan atau keberakaran pada kebudayaan daerah” dalam konteks kebudayaan nasional
1.2  Rumusan masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang  karya ilmiah ini maka yang jadi rumusan masalahnya adalah :
·         Pengenalan berbagai peninggalan sejarah?
·         Pengenalan penyebaran agama dll.?

1.3  Tujuan penulisan
Kami bertujuan untuk membagi ilmu yang kami dapatkan saat kami melakukan penelitian sehingga ilmu yang kami dapat tidak berhenti dikami melainkan bisa disebarluaskan kepada rekan –rekan pembaca,Kami juga ingin mengenalkan sebagian situs yang ada dipulau Lombok,sesungguhnya banyak sekali bangunan-bangunan peninggalan sejarah dan purbakala.
Pengungkapan secara lebih luas diharapkan dapat mengugah minat generasi muda untuk mengkaji secara lebih mendalam tentang warisan budaya nenek moyangnya,khususnya yang ada dilombok,disisi lain karya ilmiah ini juga untuk dijadikan sebagai suatu bentuk dokumentasi kami anak sejarah hususnya angkatan tahun 2011/muhamaddyah mataram.


BAB II
PENBAHASAN




2.1  Masjid Pujut
a.       Lokasi
Bangunan kuna ini terletak di puncak sebuah puncak sebuah bukit. Oleh maysarakat setempat  bukit itu di sebut Gunung Pujut terletak di Desa Sengkol, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, lebih kurang 6 km dari Mataram ibukota NTB kea rah selatan,Puncak bukit itu merupakan suatu dtaran yang tidak seberapa luas, tempat bangunan masjid itu berada.
Posisi bangunan berada pada ketinggian lebih kurang 200 meter diatas permukaan laut.Dari pasar Sengkol berjarak lebih kurang 500 meter. Untuk menjangkaunya, kenadaraan hanya dapat sampai di kaki bukit . Selanjutnya, dicapai dengan berjalan kaki mendaki melalui jalan setapak sepanjang lebih kurang 100 meter.  
b.      Data Fisik Bangunan
Masjid gunung pujut berukuran 8,6 m x 8,6, ( Sasak : Putaran ) terbuat dari tanah ,dindingnya terbuat dari bambu ( bedek ) , atapanya terbuat dari alang-alang .Tiang  penyangga utama ( saka guru )ada empat buah ,didukung tiang keliling sebanyak 28 buah , yang sekaligus berfungsi sebagai tempat menempelnya dinding (“ bedeq bambu”)
c.       Tinjauan Sejarah dan Arkeologis
Mendirikan bangunan yang bernilai sacral di atas bukit merupakan tradisi zaman prasejarah  (trdisi megalit), yang kemudian pada zaman hindu dan islam.
Di Gunung Pujut , masih satu kompleks dengan bangunan maesjid tersebut terdapat pemujaan yang di  sebut Pedewa . Bangunan- bangunan mesjid pedewa digunakan oleh satu kelompok masyarakat yang sama , yaitu penganut ajaran “ Waktu Telu”.
Upacara-upacara yang berkaitan dengan pemujaan roh nenek moyang , seperti “ nyelamat desa” dan “nyaur sesangi” , bertempat di pedewa di pimpin oleh Pemangkuh. Di dalam kelompok penganut ajaran” Waktu Telu” dipercaya mampu bertindak sebagai medium yang menghubungkan manusia dengan roh nenek moyang, sekali gus memimpin upacara yang berkenaan dengan hal itu .Lafal-lafal kalimat mentera yang di ucapkan pemangku , kecuali menyebut roh nenek moyang yang di minta pertolongan, justru menyebut nama dewa-dewa yang di kenal dalam  agama Hindu, yaitu Batara Wisnu. Dan Batara Guru.
Upacara yang berhubungan dengan agama islam bertempat di masjid, dipimpin oleh Kiayi .Oleh karena itu, dilihat dari sudut pandang ajarannya, jelaslah bahwa “Waktu Teluh” tidak lain adalah perpaduan atantara system kerpercyaan animism, Hindu dan “islam”
Adanya sinkretisme akan tampak juga jika dihubungkan dengan ceritera tradisi msyarakat Pujut tentang asal usul neneng moyangnya. Desa Pujut yang dikatakan berasal dari Majapahit ,bernama Mas Muliah .Klungkung Bali. Mas Muliah kawin dengan puteri  Dewa Agung  Putu  yang bernama Dewi Mas Ayu Supraba. Dari Bali, Mas Muliah disertai keluarga ( bhs. Sasak: kuren), berangkat menuju Lombok dan menetap di Pujut. Mereka  inilah yang kemudian menjadi cikal bakal penduduk asli desa pujut sekarang.
Masjid Pujut adalah protipe kuno di Lombok . Bentuk masjid seperrti ini berasal dari msa awal berkembanganya agama islam di lombok, diperkirakan  awal ke-17 Masehi.
d.      Status
Masjid kuna gunung pujut ditinjau dari usia maupun latar sejarah keberadaannya termasuk “ benda cagar budaya” sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun Benda Cagar Budaya.
Kompleks bangunan masjid termasuk “ Pedewa “, pada lalu merupakan sarana  kegiatan ritual bagi penganut ajaran “ Waktu Telu” . Eksistensi  “Waktu Telu” itu sendiri secara  formal sudah tidak ada oleh , oleh karena itu aktivitas ritualnya kini sudah tidak ada lagi. Ketika dilakukan pendataan oleh kantor Wilayah Depdikbud Propinsi Nusa Tenggara Barat ,dalam  hal ini Bidang  Permuseuman , Sejarah da Kepurbakalaan ( 1976 ) ,bangunan masjid kuna dan “Padewasemu” dalam keadaan sudah difungsikan semula .Dengan demikian, masjid Gunung Pujut berikut situsnya dapat digolongkan sebagai “dead monument” ( monument mati ).
e.       Pemugaran
Masjid Gunung Pujut berikut Pedewa dan situsnya telah dipugar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Nusa Tenggara Barat tahun anggaran 1980/1981 dan 1981/ 1982. Pemugarannya dilaksanakan secara  swakelolah oleh Bidang Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan Kanwil Depdikbud Propinsi Nusa Tenggara Barat. Sedangkan Teknis Arkeologi dari Pusat. Biaya pemugaran Rp 9995.000,00 (  Sembilan juta Sembilan ratus  Sembilan pulih lima ribu rupiah ).
Pemugaran masjid ini sejauh mungkin diusahakan sesuai dengan aslinya, sesuai dengan yang berlaku untuk pemugaran bangunan peninggalan sejarah dan purbakala. Pondasi maupun pagar yang semula menggunakan perekat tanah , dalam pemugaran digunaka bahan perekat semen (“ Portland cement”) dengan tujuan agar memiliki daya tahan lebih lama . Juga dibuatkan pagar kawat berduri sepanjang 304 meter, dan pintu masuk tiga  buah.
Karena atap masjid terbuat dari alang-alang , daya tahannya relatif pendek, maka pada tahun 1997  dilakukan rehabilitasi  dengan dukungan dana rutin Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala  Propinsi Bali – NTB- NTT- Timtim, sebesar Rp 4.995 .000,00 ( Emapat juta Sembilan ratus Sembilan puluh lima ribu rupiah).


2.2  Masjid Bayan Beleq
a.       Lokasi
Bangunan masjid kuno Bayan Beleq terletak di desa Bayan kecamatan Bayan,Kabupaten Lombok Barat.Dinamakan demikaina sesuatu dengan lokasi keberadaannya,yaitu dusunBayan Beleq(bahasa  Sasak beleq=besar).Secara geografisnya,desa Bayan terletak pada 8 15 LS dan 116 26 BT,dengan ketinggian 278 meterdi atas permukaan laut.
Lokasi jalan bangunan masjid kuno ini tepat di tepi jalan raya.lingkar utara pulau Lombok,mudah di jangkau dengan segala jenis kendaraan Dari kota Mataram ,Ibu Kota Propinsi Nusa Tenggara Barat,berjarak 80 km.Kendaraan angkutan umum dari Mataram Jurusab Bayan cukup banyak sehingga mempermudah bagi siapa saja yang hendak berkunjung ke Bayan.Bayan adalah kota kecamatan yang terletak ujung utara pulau Lombok.
b.      Kondisi Lingkungan
Desa Bayan  dengan luas wilaya 8.700 ha merupakan daerah perbukitan dengan latar kaki Rinjani di sebelah selatan.
Alam di sekitar desa berupa lahan persawahan,lading atau tegelan,dan hutan tutupan di bagian selatan.Tanah di sekitar wilaya desa pada dasarnya subur,namun karena jangkuan irigasi teknis yang belum merata,sebagian dari wilaya desa ini pada musim kemarau tampak kering.
Kondisi dalam yang membelakangi gunung dengan hutan lindungnya,menghadap ke laut lepas,serta di dukung adanya sumber air yang relative memadai merupakan gambaran wilayah yang ideal untuk dikembangkan oleh karena itu Bayan pun terbesar di pulau Lombok bagian utara,dan sudah di kenal dunia luar sejak benberapa abad yang lalu.
Bentuk Bangunan dan Ragam Hias
A.    Masjid
Masjid Bayan Beleq terletak di atas sebidang tanah dengan topografi yang tidak rata,Bangun intinya,terletak pada bagian permukaan tanah yang paling tinggi .Di dekatnya terdapat beberapa buah makam.Menurut riwayat,yang dinamakan di situ adalah para tokoh penyebar ajaran agama Islam di Bayan.
Penjelasan tentang bentuk,luas bangunan,dan hal-hal yang menjad
ciri khusus dari Masjid Bayan Beleq ini ialah;
1.      Bentuk denah bangunan masjid bujur sangkar, panjang sisinya 8,90m.Tiang utamanya(saka guru)ada empat buah,terbuat dari kayu nangka,berbentuk bulat(selinder)dengan garis tengah 23 cm,tinggi 4,60m.Keempat tiang itu berasal dari empat desa(dusun), yaitu;
a)      Tiang sebelah tenggara,dari desa Segang Sembilok,
b)      Tiang sebelah timur laut,dari desa Tereng
c)      Tiang sebelah barat laut,dari desa Senaru,dan
Menurut keterangan para pemangkuh Adat,tiang utama ini perlukkan bagi pemangku masjid yaitu;
a.       Tiang sebelah tenggara untuk Khatib
b.      Tiang sebelah timur laut untuk Lebai
c.       Tiang sebelah barat laut untuk Mangkau Bayan Timur
d.      Tiang sebelah barat daya untuk penghulu.
2.      Tiang keliling berjumlah 28 buah,termasuk dua buah tiang mihrab.Tinggi tiang keliling rata-rata 1,25m,dan tiang mihrab 80 cm.Tiang-tiang ini selain berfungsi sebagai tempat menempelkan dinding terbuat dari bambu yang di sebelah dengan cara di tumbuk,disebut “pagar rancak’’.Khusus dinding bagian mihrab terbuat dari papan kayu suren.berjumlah 18 bilah.Perbedaan bahan dinding ini bermakna simbolis.bahwa tempat kedudu ”imam’’ (pemimpim) tidak sama dengan “makmum” (pengikut atau rakyat). Berbeda tempat kedudukan, tetapi nyambung. Tidak terpisahkan.
3.      Atap berbentuk tumpang, terbuat dari bamboo (disebut ”santek”) Pada bagian puncaknya terdapat hiasan ”mahkota”.
4.      Memperhatikan ukuran denah,tinggi tiang utama dan tiang-tiang keli;ling,kita dapat membayangkan bentuk bangunan itu.Ukuran tinggi dinding bangunan yang hanya 125 cm.jauh di bawah ukuran tinggi rata-rata manusia normal.Dengan demikain,setiap orang yang hendak masuk ke dalam bangunan ini(masjid)tidak munkin berjalan dengan langkah tegap.tetap harus menunduk.Hal ini pun mengandung makna perlambang.
5.      Pada bagian”blandar”atas terdapat sebuah “jait”yaitu tempat untuk menaruh hiasan-hiasan terbuat dari kayu berbentuk ikan dan burung.Ikanialah binatang air,melambangkan dunia bawah maksudnya kehidupan duniawi.Sedangkan buruing sebagai binatang yang terbang di udara,melambangkan dunia”atasa”maksudnya kehidupan di alam sesudah mati(akhirat).Makna perlambang yang ada di balaik itu ialah,manusia hendaknya selalu menjaga keseimbangan antara tujuan hidup di dunia dan akhirat.
6.      Pmada bgian atas mimbar ,terdapat hiasan bagian berbentuk naga.Pada bagian “ badab naga” terdapat hiasan ( gamabar) tiga buah bintang, masing- masing 12,8 dan 7. Hiasan ini melambangkan jumlah bilangan bulan (12), windu (8) , dan banyaknya hari (7). Disamping itu terdpat juga hiasan berbetuk pohon , ayam ,telur dan rusa. Didalam seni rupa Islam  pada umunya, hamper tidak pernah di temukan motif atau ragam hias makhluk hidup yang di gamabarkan sejara jelas . Adanya ragam hias dengan  makhluk hidup pada mimbar masjid di  Bayan Beleq menunjukkan betapa kuatnya pengaru tradisi pra  Islam masih mewarnainya.
B.     Makam
Dismping bangunan masjid, di kompleks ini juga di jumpai 6 buah makam yang di beri cukup sederhana. Makam-makam  di keramatkan oleh penduduk setempat karena ketokohan dari orang yang di makamkanya . Ke enam buah makamitu ialah :
1)      Makam plawangan
Terletak di sebelah selatan masjid. Berukuran  3,60 m x 2,70 m. Yang di makamkan di sini ialah orang  Bayan asli yang pertaman kali islam.
2)      Makam karang sala
Terletak di sebelah timur laut masjid , berukuran 3,80 m x 2,60 m
3)      Makam  Anyar
Terletak di sebelah selatan masjid berukuran 7,60  m x 6.
4)      Makam Reak
Terletak di seelah selatan masjid, berukuran 8,40 m x 62. Yang di makamkan di sini ialah orang yang pertama menyebarkan agam Islam di Bayan  
5)      Makam Titi Mas Penghulu terletak di sebelah utara masjid , berukuran 3, 9 m x 2,6 makam tokoh menyebar agama  Islam yang kemudian
6)      Makam Sesait
Terletak  di sebelah utara masjid, beruikuran 10, 20 mx 3,8. 

Tinjaun  Historis Arkologis
Munkin sekali ajaran agama Islam masuk di pulau Lombok awal abad ke-16.Di lihat dari bunyi “dua kalimat shadat” nya, piqih,suluk,dn lontar yang menjadi pedoman memeluk agama Islam (pada masa awal) di Lombok, jelas bahwa agama Islam datang di pulau Lombok dari Pulau Jawa.
Setelah raja Lombok (yang berkedudukan di Teluk Lombok) menerima Islam sebagai agama kerajaan, dari Lombok agama islam di kembangkan keseluruh wilaya tetangga, Pejanggik, Parwah, Sarwadadi, Bayan. Sotong, dan Sasak (sejarah Dalam NTB, Depdipgup,1988 hal.76).
Sunan Pengging, pengikut Sunan Kalijaga, datang di Lombok tahun 1640 untuk menyebarkan agama Islam(Sufi).Ia kawin dengan putrid dari kerajaan Parwa sehingga menimbulkan kekecewaan raja.Selanjutnya,raja Gowa menduduki Lombok pada tahun 1640 sampai pengging,yang terkenal juga dengan  nama Pangeran Mangkubumi datang ke Bayan.Di Bayan ia mengembangkan ajarannya,yang kelak menjadi pusat kekuatan suatu aliran yang di sebut’’Waktu Telu’’(sejarah dalam NTB Depdigdup,hal.79-80).
Bagi masyarakat pulau Lombok pada umumnya,Bayan di kenal sebagai sebuah ‘’desa tua’’dalam arti kebudayaannya.Nama Bayan identik dengan desa tradisioanal,adat istiadat,dan norma-norma budaya  lama yang masih mewarnai pola hidup pola kehidupan masyarakatnya.
Masjid kuno Bayan Beleq adalah peninggalan terpenting dan terbesar yang dapat di jadikan sebagai bukti dan bahan kajian tentang masa awal berkembangnya agama Islam di Pulau Lombok pada masa umumnya,dan bayan khususnya.
Bila kita perhatikan bentuk,ukuran,dan gaya arsitekturnya,terdapat persamaan yang sangat mendasar dengan bangunan-bangunan masjid kuno yang terdapat di Rembitan dan Gunung Pujut,Kabupaten Lombok Tengah.Petrsamaan ini dapat menjadi bahwa ke tiga masjid bangunan itu berasal dari periode yang sama.
Bentuk dasar bangunan bujur sangkar,konstruksi atap tumpang dengan hiasan punjkak berupa mahkota yang merupakan cirri khas dari bangunan masjid periode awal berkembangnya agama Islam di Indonesia.Peta bangunan  berada di tempat yang relative tinggi,tata letaknya berdampingan dengan makam tokoh-tokoh penyebaran di Bayan.Kesemuanya itu menunjukkan adanya kesamaan konseksi pemikiran masyarakat pendukung kebudayaan itu(Islam di Bayan)deangan masyarakat pra Islam.Sikap konsisten masyarakat Bayan yang selalu berusaha untuk tidak mwengubah bentuk maupun bahan bangunan yang di gunakan(dengan alasan kepercayaan)menunjukkan bahwa intensitas pengaruh kebudayaan lama pada masyarakat Bayan.
Sebagaimana di tuturkan oleh Pemangku Adat Bayan,bahwa bahan atap  bangunan masjid harus di ambil dari tempat khususnya di desa Senari.Bila atapnya hancur atau rusak perbaikannya harus pada tahun Alif yang datangnya sewindu(8 tahun sekali).Pembebanan biayanya pun secara tradisional telah terbagi ke pada masyarakat desa di sekitarnya yaitu:
a)      Atap sebelah utara, desa Anyar
b)      Atap sebel;ah timur,desa Lolowan
c)      Atap sebelah selatan,desa Bayan
d)     Atap sebelah barat desa Sukanada.
Pelaksanaanperbaikan secara gotong royopng,di pimpin oleh para Pemangku Adatnya.
Tinjaun Aspek Sosial Budaya Masyarakat Bayan
Masyarakat tradisional Bayan,pada masa lalu di kenal penganut agama Isalam’’Waktu Telu’’.Walaupunkebaradaan ajaran secara formal sudah tidak ada lagi,upaca minta hujan,dan sebagian
Dalam berbagai aspek,penaganut kepercayaan ‘’Islam Waktu Telu’’ di Bayan memiliki pandangan yang’’serba tiga’’misalnya:
a)        Dalam kehidupan bermasyarakat,sumber hokum yang di anutnya terbentuk atas tiga prinsip,yaitu:agama,adat dan pemerintahan.
b)        system organisasi kemnasyarakatan,masyarakat Bayan mengenal lembaga,yaitu:
1.      Pemangku Adat,yang menjadi pimpinan tertinggi di desa,biasa dijabat secara turun temurun.
2.      Pembantu Pemangku,bertindak menangani urusan pemerintah.
3.      Penghulu di jabat oleh Kiyai,bertugas menangani urusan agamaan.
Dalam penuturan para Pemangku Adat diperpoleh keterangan bilanagan tiga merupakan pencerminan dari pemahaman terhadap asal usul kejadian manusia,Manusia ;lahir diatas dunia atas kehendak Tuhan dengan perantara ayah dan ibu.Inti ajaran’’Telu Waktu’’merupakan pengejawantahan ajaran budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari.
Ajaran’’Isalam’’nya tampak pada adanaya sejumlah perintah dan larangan,seperti:
·         tidak boleh melwan orang tua
·         harus menghormati saudara tua
·         tidak boleh bertengkar
·         tidak boleh membunuh
Bagikelompok masyarakat ini,yang terpenting adalah sikapnya di dunia.Manusiaharus berbuat baikterhadap sesamanya.Perkara pelaksanaan syariat agama (fiqih),cukup me;laksanakan yang menonjol(pokok-pokok)saja,misalnya menyelenggarakan upacara peringatan Maulid Nabi Muhammad S.A.W.,shalat hari rayaIidul Fitri)dan(Idul Adha),atau ‘’ngaji makam’’pada tahun Alip.
Dari urain-uraian tersebutkita mendapatkan gambaran tentang rekontruksi kondisi sosial budaya’’masyarakat tradisipoanal Bayan,sebagai masyarakat pendukung keberadaan bangunan cagar budaya masjid Bayan Beleq.
Status
Bangunan masjid kuno Bayan Beleq merupakan bangunan yang bernilai sejarah dan kepurbakalaan,berasal dari masa awal berkembangnya agama Islam di Lombok.Ajran(Islam)yang berlaku bagi kelompok masyarakat pengguna bangunan masjid kuno ini di kenal dengan nama’’Waktu Telu’’.Keberadaan kelompok masyarakat itu  secara forma;l terhapus sejak tahumn 1960,pada masa penumpasan sisa-sisa G 80 S/PKI.Kondisi yang terjadi pada waktu itu .masyarakat beramai-ramai meninggalakan berbagai bentuk kepercayaan yang di nilai tidak sesuai dengan ajaran agama yang secara resmi di akui oleh pemerintah.Dengan demikian,praktis banguanan masjid kuno Bayan Beleq di tyinggalkan oleh masyarakat pendukungfnya.Jadilah bangunan tersebut sebuah’’momen hati’’atau’’dead monument’’.

Upaya Pelestariannya
Sebagai sebuah’’monumen mati’’kondisi keterawatan bangunan Masjid Bayan Beleq menjadi tidak terurus.Sebagai bangunan bernilai sejarah dan kepurbakalaan,upaya pelestariannya menjadi tanggung jawab Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Oleh karna itu pada tahun 1991/1992 dilakukan studi kelayakan untuk pemugaran dan kemudian pada tahun anggaran 1993/1994 di pugar oleh Dipdiks dengan biaya sebesar Rp 104.500,00(seratus empat juta lima ratus ribu rupiah).
Kini, bangunan itu telah berdiri tegak kembali,disertai dengan penataan lingkungannya.sehingga secara teknis memungkinkan untuk di manfaatkan sebagai objek wisata alam yang ada di wilaya yang ada di wilaya Kecamatan Bayan.


2.3  Taman Narmada
1.      Lokasi
Taman ini terletak di desa lembuak, kecamatan narmada kabupaten daerah tingkat II Lombok barat. Berjarak lebih kurang 12 km dari pusat kota mataram . Ibu kota profinsi nusa tenggara barat , terletak pada ketinggian lebih kurang 127 meter diatas permukaan laut. Kompleks taman ini berada ditepi jalan raya yang menghubungkan kota mataram dengan kota-kota yang lain dipulau Lombok bagian timur. Dari mataram lebih kurang 11 km.
2.      Ukuran dan Luas
Secara garis besar. Kompleks taman narmada dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
a.       Kelompok bangunan yang bersifat sacral (disucikan), yakni kelompok bangunan yang ada disebelah timur, berupa kelompok bangunan pura (pura kelasa) dan kelebutan (tempat air “air awet muda”)
b.      Kelompok bangunan yang bersifata profan. Berada dibagian barat, yaitu bale mukedas atau bale agung, Bale terang, Bale Loji, dan Bale Tajuk yang kini telah tiada (disebelah barat/atas telaga Ageng.
Kedua kelompok bangunan itu menyatu menjadi satu kompleks taman. Secara keseluruhan disebut dengan nama Taman Narmada. Luas taman keseluruhan 60.250 meter persegi , sedangkan lua bangunanya yang ada berjumlah 1.249 meter persegi
3.      Fungsi
Keberadaan taman narmada sering di kaitkan dengan Anak Agung Gede Nurah karangasam dari dinasti kerajaan karangasem sewaktu berkuasa di Lombok. Fungsi utama taman ini ialah sebagai tempat peristirahatan dan pemujaan , karna di dalemnya terdapat bangunan pura.
Taman narmada juga di kenal dengan nama ‘’ Istana musim keramat’’. Sebab jika musim kemarau tiba. Istana raja yang di sebut ‘’ puri ukir kawi’’ di cakranegara di tinggalkan oleh raja untuk beristirahat taman narmada
Taman narmada termasuk salah satu objek benda cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang No 5 tahun 199 tentang benda cagar budaya. Oleh karna itu pemanfaatanya haru sesuai dengan ktentuan-ketentuan yang tercantum di dalam undang2 tersebut . Fungsi taman narmada pada masa sekarang, bagian kelompok bangunan sakral tetap di manfaatkan sebagai sarana kegiatan ritual keagamaan (Hindu), sedangkan kelompok bangunan profane atau bagian taman pada umunya dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi. 
4.      Status
Kompleks taman narmada secara keseluruhan merupakan peninggalan dari kerajaan karangasem sasak (di Lombok) atau yang kemudian berganti nama menjadi Cakranegara
Kompleks bangunan yang bersifat profane, fungsinya
  sebagai’’taman raja’’. Kelompok bangunan tersebut tidak di fungsikan lagi bersama dengan berakhirnya kekuasaan kerajaan Cakranegara (1894) saat masuknya kukuasaan colonial bekanda. Kelompok bangunan ini dapat di katagorikan sebagai ‘’dead monument’’ maksudnya sudah tidak dimanfaatkan sebagaimana fungsinya semula. Kelompok bangunan yang bersifat sakrar, hingga kini masih di gunakan sebagai tempat sarana kegiatan ritual keagamaan (Hindu), oleh karna itu kelompok bangunan sacral ini tergolong ‘’living monument’’ atau monument ‘’ yang masih hidup’’, artinya masih dimanfaatkan sebagaimana fungsinya semula
Didalam kompleks taman ini terdapat dua kelompok bangunan yang berbeda sifatnya . Oleh karna itu pengolahanya pun di lalkukan oleh dua lembaga yaitu:
a)      Bangunan bangunan yang di gunakan sebagai sarana kegiatan ritual keagamaan (hindu) di kekola oleh kerama pura
b)      Kelompok bangunan yang bersifat profane di mamfaatkan sebagai sarana rekreasi /objek wisata dan dikelola oleh pemerintah daerah Ttk. II kabupaten Lombok barat
KernaTaman narmada merupakan peninggalan sejarah dan purbakala, juga sebagai benda cagar budaya , maka hal hal yang bersifat kesejahtraan dan kepurbakalaan di tangani oleh departemen pendidikan dan kebudayaan.Dalam hal ini kantor wilayah depdikbub profinsi nusa tenggara barat.

Latar Belakang Sejarah
Sebagaimana selah disebutkan pada bagian awal tulisan ini, taman narmada merupakan peninggalan kerajaan karangasem sasak (di Lombok) atau cakranegara
Taman Narmada merupakan salah satu di antara peninggalan raja raja Bali di Lombok,  secara fisik termasuk yang terbesar dan paling indah . Melhat kenyataan ini dapatlah di perkarakan bahwa pelaksanaan pembangunan taman narmada memerlukan biaya yang tidak sedikit waktu yang lama.Hal demikian tidak mungkin dilaksanakan apabila kondisi perekonomian dan stabilitas suatu Negara belum mantab. Oleh karna itu hampir dapat dipastikan bahwa pembangunan taman narmada terjadi setelah seluruh ‘’ KERAJAAN Bali’’ di Lombok dapat dipersatukan Menurut penilitian Van der Kraan, krajaan mataram baru mencapai kecemerlangannya setelah kemenanganya terhadap karangasem (Lombok) pada tahun 1838. Oleh karna itu tim penyusun Masterpang pemugaran Taman Narmada (Depdikbud, 1982/1983). Berkesimpulan bahwa pembangunan taman narmada baru terjadi setelah tahun 1838 dan sebelum tahun 1894, sebagai tahun berakhirnya kekuasan mataram yang pada waktu itu berpusat di Cakranegara.
Dari sumber lisan diperoleh keterangan bahwa taman narmada dibuat sebagai tiruan dana segara anak di gunung rinjani. Maksudnya sebagai tempat upacara pakelem setiap tahun yang dipimpin langsung oleh raja.
Upacara pekelem atau upacara meras adalah upacara yang dilaksanakan sekali setahun di danau segara anak. Puncak dari acara ini adalah membuang atau melabuh benda-benda terbuat dari emas berbentu ikan, udang, kepiting, dan penyu yang bertulisan huruf-huruf magma ke dalam danau, tujuan upacara ini ialah memohon kepada dewa agar melimpahkan kebahagaian dan kesejahteraan kepada rakyat setempat raja yang sedang berkuasa memrintah, serta kekuasaan raja yang sedang memerintah kekal.
Ketika raja telah lanjut usia, secara fisik sudah tidak kuat lagi  memimpin secara langsung upacara, pakelem di gunung rinjani maka dibuatlah duplikat telaga segara anak di taman narmada kemudian upacara meras danoe dialihkan ke taman narmada. Namun demikin acara labuhannya sendiri tetap dilaksanakan di danau segara anak gunung rinjanin oleh pendeta dan para pembantunya.
Sember lisan tersebut bila dikaitkan dengan fakta sejarah bahwa kerajaan mataram baru benar-benar menjadi satu-satunya, kerajaan bali yang terkuat dilombok pada tahun 1839, dan anak agung gede ngurah karang asam sebagai putra mahkota pewaris tahta kerajaan  mataram baru menggatikan ayahnya yang tewas dalam peperangan melawan singasari atau karang asam sasak (1838/1839), akan m emperkuat dugaan bahwa taman narmada dibangun sesudah tahun 1839.
Tidak atau belum dijumpainya data otentik tentang kapan dibangunnya taman narmada ini menyebabkan munculnya pendapat untuk mendapatkan jawaban yang tepat dan akurat tentang kapan sesungguhnya taman narmada itu di bangun, diperlukan penelitian yang lebih mendalam.


Usaha-usaha pemugarannya
Setelah surutnya kekuasaan mataram dan berkuasanya belanda di Lombok, taman narmada tidak lagi berfungsi sebagai tempat peristirahatan raja atau anak agung, sehingga kurang terpelihara.
Lebih-lebih setelah penyerahan kedaulatan setatusnya kurang jelas secara berangsur-angsur fungsi taman ini berubah menjadi taman rekreasi dalam arti terbuka untuk umum. Oleh karena itu dapat di mengertikan apabila ada usaha-usaha pemugaran atau perbaikan yang dilakukan pada waktu itu tidak kita ketahui. Adanya pemugaran-pemugaran itu atau perbaikan, dapat berarti terjadinya perubahan-perubahan.
Bila kita bandingkan peta situasi yang dibuat oleh P de Roo de la Faille tahun 1899 dengan peta yang dibuat oleh departemen pekerjaan umum setelah masa kemerdekaan dengan peta sekarang, dapat dipastikan bahwa taman narmada telah mengalami pemugaran atau perbaikan atau sejalan dengan berkembangnya fungsi taman itu sendiri. Sebagai contoh, pada peta tahun 1899 tidak ada pintu penghubung (masuk) dari halaman paserean kekolam padawangai seperti pada peta tahun 50-an maupun keadaan sekarang. Dahulu, untuk menuju kekolam padawangai harus melalui halaman jabal kab, lewat pintu timur, atau lewat pintu halaman gencingah disampin itu pada peta situasi tahun 1899 pintu masuk pura, sesuai dengan arah hadap kelima bangunan pelinggih (meru) di halaman jeroan. Kemungkinan besar, gapura padukarsa (pintu masuk) yang disebabkan barat kemudian demikian juga halnya dengan kolom kecil yang terletak diantara kolom padawangai dengan telaga ageng yang terdapat pada peta dibuat tahun 50-an sekarang sudah menjadi kolam renag (kolam duyung). Tidak lain merupakan perluasan dari pancuran yang khusus untuk mandi raja atau anak agung pada peta. Tahun 1899, ditempat itu tidak terdapat kolam melainkan sebuah bangunan bangsal di kanan kiri pintu padukarsa.
Hampir dapat dipastikan, perluasan pancuran raja menjadi kolam kecil lengkap dengan kamar ganti pakaiannya terjadi setelah jatuhnya mataram ketangan belanda. Dugaan ini didasarkan pada interpretasi bahwa jika raja akan menjalankan upacara persembahyangan dipura dihalaman bencingah dari sini menuruni tangan atau undak-undak menuju ke palataran, lalu masuk lewat pintu padukarsa kekompleks bangunan pancuran raja. Kemudian keluar dari pintu belakang, menaiki tangga tahun (undak-undak) yang menuju pura. Jadi jelas bahwa pada zaman hindia belanda telah terjadi perubahan dari bentuk aslinya meskipun tidak separuh keadaannya sekarang namun kapan perubahan itu dilakukan dijumpai catatan resmi.
Berdasarkan data yang ada, telah terjadi beberapa kali pemugaran atau usaha perbaikan kompleks taman narmada, antara lain:

Tahun 1926:
1.      Pembanguan cangkup submber air kolam padwangai atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama air awet muda.
2.      Pemugaran telaga ageng atau telaga segara anak.
Tahun 1967-1968
1.      Pembongkaran gapura/pintu masuk sebelah utara (menghadap kejalan raya). Kemudian ditempat yang sama dibangun gapura berbentuk “candi bentar”
2.      Merendahkan tembok pemisah antaran halaman jabalkab dan halaman mukedes dibelakang bangunan loji.
3.      Pembongaran sisi tembok barat halaman mukedes, dan pembangunan depura bentar di sebelah barat bangunan loji.
4.      Pembongkaran kolam kecil lengkap dengan kamar ganti pakaian, dan sebuah pintu padukarsa. Di tempar yang sama kemudian di bangun kolam renang lengap dengan dua bangunan ganti pakaian dan sebuah bangunan rumah makan.
5.      Pemasangan atau penambahan pot rancuran di tengah kolam padwangai. Serta perbaiakan kegil lainya.
Tahun 1969
 : memperluas/ dan memperbesar bule pewedaan di dalam pura

Tahun1972-1973
1.      Membongkar dan merendahkan tembok sebelah barat halaman jabalkab
2.      Menjebol tembok dan membuat pintu dan sudut tenggara halaman jabalkab.
3.      Membangun cungkup sumber air disebelah timur pancuranatau sebelah timur kolam renang

Tahun 1976-1977
1.    Membongkar tembok pemisah antara halaman mukedas   dan halaman pasarean
2.    Pembongkaran dinding ruangan bangunan loji di halaman paserean disertai dengan pegantian 12 tiang utamanya, lantai ubin, dan sebainya
3.    Pemugaran bale terang berupa penggantian dan       pengecetan.
4.    Pemugaran ‘’candi bentar’’ yang menghadirkan barat di halaman pura

Tahun 1978.
1.      Pemasangan atap bangunan ‘’pancuran siwak’’ disebelah selatan kolam renang
2.      Pembongkaran ‘’bale tajuk’’ di halaman bencingah, kemudian membangun sebuah rumah tinggal(ramah peristirahatan).
3.      Pembangunan rumah makan (lembur kuring pada bagian sudut barat daya halaman petendakan)
4.      Pembangunan( ruang diskotik) dihalamaan pawargaan

Dari keterangan tersebut jelas bahwa telah terjadi perubahan yang demikian besar terhadap pembangunan yang ada di taman narmada. Sebagian bangunan peninggalan sejarah dan purbakala seharusnya setiap pelaksanaan pemugaran atau perbaikan dilakukan sesuai dengan disiplin ilmu kepurbakalaan, yaitu di ikuti dengan dekumentasi yang lengkap sehingga perkembangan perubahan itu dan menjadi bahan kajian tersendiri bagi generasi sesudahnya. Hal inilah yang tidak dilakukan oleh pihak yang melakukan ‘’ pemugaran’’ taman narmada pada waktu itu . oleh karna itu ketika department pendidikan dan kebudayaan sebagai intansi teknis yang bertugas memelihara dan melestarikan bangunan peninggalan sejarah dan purbakala dalam arti mengembalikan’’ taman narmada’’ sesuai dengan aslinya terbentuk pada ketiadaan data pendukung. Akhirnya pengertian ‘’ sesuai dengan aslinya’’ pun bergeser pada ‘’asli’’ menurut keadaan sekitar desawarsa 1970 –an.
   Pemugaran taman narmada oleh departemen pendidikan dan kebudayaan dimulai pada tahun anggaran 1980/1981 dengan dana proyek pemugaraan dan pemeliharaan peninggalan sejarah dan purbakala nusa tenggara barat menhabiskan. Rp 259.378.010,00(dua ratus lima piuluh Sembilan juta tiga ratus tujuh puluh delapan ribu sepuluh rupiah ). Dilakukan secara bertahap, selesai pada tahun 1987/1988. Upacara peresmian purna pugar dan penyerahan kembali kepada pemerintah. Daerah tinkat I nusa tenggara barat dilakukan pada tanggal 27 februari 1988. Hadir pada waktu itu direkrut jendraal kebudayaan, Drs. GBPH Poeger.

Pengelolaan dan pemanfaatanya
Kompleks taman narmanda yang di dalamnya terdapat dua kelompok bangunan dengan fungsi dan sifatnya yang berbeda merupakan salah satu dari beberapa peninggalan sejarah dan purbakala dari massa kerajaan bali di Lombok. Tidak berlebihan bila seseorang pejabat di lingkunan direktorat jendral kebudayaan, Drs. Hadi. Mulyano, pada saat  pembasaan ‘’masterplan’’ pemugaran taman narmada (1982) mengatakan bahwa taman narmda merupakan taman peninggalan sejarah dan purbakala yang tirindah di seluruh Indonesia.
Sebagian peninggalan sejarah dan purbakala, keberadaan taman narmada di lindungi oleh undang- undang Nomor 5 tahun 1992 tentang benda cagar budaya dan peraturan pemerintah republic Indonesia Nomor 10 tahun 1993 tentang pelaksanaan undang-undang Nomor 5 Tahun 1992. Oleh karna itu sedikitnya ada tiga pihak yang berkepentingan terhadap keberadaan taman ini :
1.      Pemerintah daerah tingkat I nusa tenggara barat
2.      Departemen pendidikan dan kebudayaan, sebagai intansi teknis yang menangani benda cagar budaya
3.      Pemeluk agama hindu dharma. Dalam hal ini karma pura setempat.

Sehuhungan dengan hal tersebut maka pengelolaan taman narmada perlu perlu ditangani secara arif dan bijaksana untuk mengadapi timbulnya’’ konflik kepentingan’’ yang merugikan kelestarian objek sendiri.
Kini taman narmada dimanfaatkan sebagai salah satu objek wisata andalan bagi pemerintah Daerah Kabupaten Dati II Lombok Barat khususnya di nusa tenggara barat umumnya.

2.4.Pure Meru Cakranegara
1.                  Lokasi
Terletak di wilayah cakranegara timur, kecamatan cakranegara, kotamadya mataram. Letaknya bersebrangan jalan dengan kompleks taman mayura, karena antara keduanya merupakan satu kesatuan di dalam konsepsi tata letak pusat  pemerintahan kerajaan kerajaan cakranegara pada waktu itu. Pura meru terletak di sebelah jalan sedangkan taman mayura di sebalah utara jalan. Antara keduanya mempunyai keterkaitan fungsi serta hubungan historis. Dari mataram hanya 2 km.

2.      Ukuran dan luas
Kelompok bangunan ini terletak pada satu lokasi yang di kelilingi pagar. Terdiri atas empat bagian, yaitu :
a)      Halaman jero pura/jeroan, di sebut juga utama mandala.
Berukuran 42,50 m x 42,50 m. didalamnya terletak bangunan inti pura berupa bangunan-bangunan yang bersifat sacral dalam bentuk meru.
Bangunan-bangunan terbentuk ppadmasari, bale (balai), dan dsanggar-sanggar kecil sebanyak 29 buah. Tiga buah bangunan berbentuk meru berderet utara selata. Yang berbeda dan tertinggi berada di tengah, beratap ijik, bersusun sebelas.
Tinggi bangunan 18,26 m, ukuran dasar 5 m x 5m. kedua bangunan meru yang di sampingnya sama besar, beratap genting, bersusun Sembilan. Tinggi bangunan 15 m, ukuran dasar 4,3 m x 4,3 m.

Catatan :
Pada saat dibangun  perma kali,ketiga meru itu beratap ijuk.ketika dilakukanpemugaran pada masa penjajahan belanda,kedua meru yang bersusun sembilan atapnya diganti  dengan genting.
 Bagian ini dikelilingipagar yang tingginya 3-4 meter,tebal lebih kurang 80 cm,terbuat dari bata merah  (bata gosok,tanpa diplester).pintu utama terletak pada sisi barat (tengah) disebut kori agung.
Disudut utara dan selatan juga terdapat pintu dengan ukuran lebih kecil.pintu-pintu ini menghubungkan halaman Jero Pura  dengan halaman Jaba Tengah.Pada sisi (dinding)sebelah selatan juga terdapat sebuah pintu  keluar(pintu samping).
b)      Halaman Jaba Tengah atau Madya Mandala
Berukuran 42,50 m x 42,50 m.Di sebelah timur,dikanan kiri Kori Agung terdapat dua buah bangunan berbentuk ‘’panggungan’’.disebut Bale Gong.Bentuk dan ukuran keduanya sama,ditempatkan secara simetris.Luas masing-masing  47,04 meter persegi,beratap seng,yinggi lebih kirang 4 m.

Lokasi ini berfungsisebagai tempat orang memepersiapkan sajen dan segala sesuatu yang berhungan dengan upacara.Bale Gong juga berfungsi sebagai tempat gamelan yang digunakan dalam rangka upacra.
Pada dinding sebelah barat  terdapat tiga buah pintu yang letaknya sejajar dengan pintu-pintu yang menuju halaman  Jeroan.Pintu utamanya berada ditengah ,dengan  ukuran yang lebih besar.

c)      Halaman Jaba Pesan dan Nista Mandala

 Pada dinding sebelah utara terdapat sebuah pintu masuk,bukan pintu utama tetapi justru pintu ini   yang lebih banyak digunakan oleh pengunjung sehari-hari.

d)     Halaman Jabaan

Halaman ini terletak dibagian paling luar (ujung barat).pintu utama masuk pura terletak pada sisi utara bagian ini,berbentuk gapura”candi bentar”.Pada bagian halaman ini       permukaan tanah lebih rendah.lebih kurang 90 cm dari pada bagian halaman pura yang lain.

Antara halaman Jaba Pesan dengan jabaan tidak terdapat pagar/dinding pembatas, sehingga ke duannya terkesan menjadi satu halaman dengan panjang 70 m, lebar 42,50 m.

Di sudut barat laut halaman ini terdapat sebuah halaman kecil dengan lantai yang di tinggikan, tempat “kulkul” (kentongan) , di sebut “balai kulkul”. Kulkul ini berfungsi sebagai alat komunikasi, un tuk memanggil orang agar berkumpul.

3.      Fingsi
Pure meru berfungsi sebagai tempat persembahyangan bagi pemeluk agama hindu dharma. Di samping sebagai sarana kegiatan ritual keagamaan  bila kita kaji latar belakang dibangunnya pura ini, secara politis berfungsi sebagai sarana pemersatu bagi orang-orang balli yang ada di Lombok, terutama dalam hal menjalankan agama yang di anutnya. Karena pada waktu itu di Lombok terdapat beberapa buah kerajaan kecil dari orang-orang bali.

Sekali dalam setahun diadakan upacara pujawali atau usadha, yaitu upacara besar pada bulan purnama bulan ke-4 menurut perhitungan kalender bali, biasanya jatuh pada bulan September-oktober tarkh masehi. Pada hari itu semua banjar atau kampung sebanyak 29 kampung membawa alat dari pura pemaksanya masing-masing, dating dari pure meru melaukan upacara pujawali dan menghias sanggar masing-masing. Untuk meru yang tiga buah itu, sajen di buat oleh panitia pura (dahulu di laksanakan oleh istana) . upacara pujawali dimulai biasanya pada sekitar pukul 16:00. Pagi harinya kira-kira pukul 10:00, semua alat upacara dan pikulannya (disebut “jempana”)  harus di bersihkan secara simbolis dengan upacara, hal ini di sebut “nyuciang” atau “melelasti” . upacara pembersihan ini dilakukan di pancuran air yang terletak di pura kelepug, taman mayura. Di sini tampak jelas keterkaitan fungsi antara pura meru dan taman mayura. Pada sore harinya, barulah di adakan upacara persembahyangan  pujawali di pura meru di cakranegara. Sesudah selesai upacara pujawali yang secara keseluruhan memerlukan waktu tiga hari maka segala alat sanggah itu di bawa ke kampong, kepemaksan masing-masing.

4.      Status
Di tinjau dari segi usia maupun atar belakang keberadaannya,  pura meru di cakranegara ini merupakan “benda cagar budaya” sebagaimana dimaksud dalam undang-undang nomor 5 tahun 1992 tentang benda cagar budaya, pasal 1, ayat (1). Karena disamping factor usianya (diatas lima puluh tahun) uga memiliki arti penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan ilmu kebudayaan. Sebagaimana layaknya “benda cagar budaya” yang masih di fungsikan oleh masyarakat pendukungnya, pemilikan dan pemanfaatannya (dalam arti sesuai pemanfaatannya semula) ada pada kelompok masyarakat itu sendiri. Pemerintah, dalam hal ini departemen pendidikan dan kebudayaan hanya memberikan bantuan teknis tentang perawatan dan pemeliharaan terhadapfisik  bangunan dan lingkungannya, sreta upaya-upaya yang bersifat perlindungan dalam rangka pelestariannya.

5.      Latar belakang sejarah

Menjelang akhir ke-17 kerajaan yang paling terkemuka di Lombok ialah pejaggik di Lombok tengah, dan Selaparang di Lombok Timur. Kedua kerajaan itu semula sangat erat hubungannya karena pertalian keluarga. Namum, dalam perjalanan waktu, konflik kepentingan antara keduanya pun tak terhindarkan, akibatnya terjadilah perpecahan. Dalam situasi yang demikian, terbukalah peluang munculnya pihak ketiga secara lebih leluasa melancarkan aksinya untuk mencapai tuuannya. Langkah yang di tempuh pun pada dimensi ruang dan waktu yang berbeda akan mempunyai arti yang b erbeda pula.

Beberapa sumber menyebutkna bahwa kerajaan gelgel (bali) telah beberapa kali berupaya untuk melebarkan kekeuasaan politiknya ke Lombok tetapi gagal, sampai pada akhirnya kedudukan gelgel oleh Karangasem.

Ketika terjadi konflik di antara para bangsawan sasak (Lombok), patih kerajaan pejanggik bernama Arya Banjar Getas pergi ke karangasem (bali) untuk minta bantuan.

Kesempatan ini tidak di sia-siakan oleh karangasem. Peperangan demi peperangan pun berlangsung, sehingga pada akhirnya pejanggik, selaparang, maupun kerajaan-kerajaan kecil lainya dapat di taklukan. Penaklukan seluruh Lombok oleh pasukan gabungan banjar getas dan karangasem selesai pada tahun 1740. Kemudian pulau Lombok di bagi menjadi dua wilayah kekeuasaan, yaitu bagian barat menjadi milik karangasem, bagian timur untuk banjar getas.

Orang-orang di bali di wilayah kekuasaannya mendirikan beberapa buah desa  yang merupakan kerajaan-kerajaan kecil, seperti :
1)      Singasari (karangasem sasak), dengan rajanya Anak Agung Ngurah Made Karang (1720)
2)      Mataram, rajanya bernama Anak Agung  Bagus Jelantik
3)      Pagesangan, rajanya bernama Anak Agung Nyoman Karang
4)      Pagutan, rajanya bernama Anak Agung Wayan Sidemen.
5)      Sengkongo, rajanya bernama Anak Agung Ketut Rai.

Kerajaan-kerajaan tersebut bergabung berdasarkan asas kekeluargaan untuk mencapai kemakmuran dan kepentingan bersama. Untuk memperkuat persatuan ini raja singasari mendirikan pura meru di singasari pada tahun 1744. Di kerajaan-kerajaan kecil itu singasari menjadi wakil karangasem (bali) si Lombok. Oleh bkarena itu maka kerajaan singasari juga di namakan karangasem sasak. Karena perebutan pengaruh dan masing-masing berlomba untuk menjadi yang ter…..” di pulau Lombok, maka persatuan mereka pun menjadi retak dan pecah menjadi perang saudara. Perang saudara ini baru beakhir setelah mataram keluar sebagai pemenangnya pada tahun 1839.

6.      Pemugaran

Pure meru di cakranegara merupakan  banguna pura terbesar di Lombok. Lokasi keberadaannya sangat strategis sehingga pura ini tampak megah dan anggun. Apalagi di lihat dari dalam kompleks Taman Mayura.

Secara teknis, bahan bangunan pure initermasuk jenis bahan yang daya tahannya relative terbatas (bata merah, kayu, ijuk, dsb). Oleh karena itu dalam usianya yang setua ini wajar bila mengalami pemugaran (baca : perubahan) disna sisni, sesuai dengan pertimbangan pada waktu itu. Sejauh ini kita belim mendapatkan data secara rinci tentang pemugaran-pemugaran yang pernah di lakuan.

Departemen pendidikan dan kebudayaan melalui proyek pelestarian/pemafaatan peninggalan sejarah dan purbakala Nusa Tenggra Barat tahun anggaran 1990/1991 melakukan sturi kelayakan untuk rencana pemugaran pura meru ini. Berdasarkan hasil studi kelayakan inilah Depdkibud kemudian memugar pura tersebut dalam dua tahap, yaitu tahun 1991/1992 dan 1992/1993, dengan biaya sebesar Rp.154.710.000,00 (seratus lima puluh empat juta tujuh ratus sepuluh ribu rupiah).


2.5.Makam selaparang

1.      Lokasi

Makam ini terletak di kampung peresak, desa selaparang, kecamatan pringgabaya, kabupaten Lombok Timur. Kira-kira berjarak 4 km di sebelah barat laut ibukota kecamatan pringgabaya.dari mataram, ibukota propinsi Nusa Tenggara Barat, jaraknya lebih kurang 55 km. dapat di jangkau dengan segala jenis kendaraan, termasuk kendaraan jenis bus.

2.      Status
Makam selaparang termasuk sebuah monumen peninggalan sejarah dan purbakala yang pada saat di temukan dan di catat sebagai peninggalan sejarah dan purbakal sudah tidak di gunakan sebagaimana fungsinya semula, yaitu sebagai tempat pemakaman. Oleh karena itu, makam selapatrang termasuk dalam klasifikasi “monument mati” atau “dead monument”

Makam selaparang memiliki fungsi social yang cukup penting sebagai tempat beziara. Makam ini terkenal juga dengan sebutan makam keramat raja selaparang. Hal ini dapat di lihat dari banyaknya peziarah pada waktu-waktu tertentu, terutama pada musim menjelang keberangkatan jamaah haji ke mekkah banyak yang memerlukan berziarah ke makam ini lebih dulu. Tradisi ini masih berlanut sampai sekarang.

3.      Latar sejarah
Selaparang merupakan sebuah “kerajaan” yang sangat di kenal, baik di Lombok maupun di luar Lombok. Nama selaparang masih “lestari” sampai sekarang sebagai nama sebuah desa, tempat makam selaparang itu berada.

Masyarakat suku sasak di Lombok pada umumnya percaya bahwa makam kuna yang ada di selaparang ini adalah tempat pemakaman raja-raja selaparang (islam).

Selaparang adalah sebuah kerajaan islam tertua di Lombok. Di desa selaparang ada dua kompleks pemakaman kuna, masing-masing di kenal dengan sebutan makam keramat selaparang dan makam tanjung. Keduanya di percaya sebagai makam raja-raja selaparang. Saying sekali kita belum thau secara pasti siapa nama-nama tokoh yang di makamkan di tempat itu, karena belum ada sumber-sumber tertulis yang dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah. Melihat bentuk makam dan batu nisannya, mungkin sekali kalau yang di makamkan itu tokoh-tokoh yang berpengaruh. Mungki dia seorang raja atau tokoh penyiar agama.

Sejak kapan kerajaan selaparang muncul dalam peristiwa sejarah, belum dapat di tentukan dengan tepat, karena belum ada data yang lengkap mengenai hal ini. Bahkan, dimana lokasi “istana” kerajaan selaparang itu sampai sekarang masih belum terjawab.

Nieumenhuizen menduga bahwa persekutuan masyarakat hukum yang tinggi di Lombok telah ada sejak tahun 1543.Hal ini di dasarkan atas penelitianya pada sejumlah lontar yang menyebutkan pembagian pulau Lombok menjadi beberapa daerah kecil yang di perintah oleh seorang ‘’Datu’’,seperti Sokong ,bayan,selaparan,dan sebagai(Nieuwenhuizen,1932).jika pendapat itu benar ,maka nama selaparang telah muncul pada pertenggahan abad Ke -16.Akan tetapi,sarjana ini tidak menjelaskan angka tahun tersebut diperolehnya,sehingga terang saja masih memerlukan penelitian yang lebih mendalam,Kalau di kaitkan dengan masuknya agama islam di Lombok.

Babad Lombok menyebutkan bahwa ajaran agama islam masuk ke Lombok di bawa oleh sunan prapen, putra sunan ratu giri bersamaan waktu dengan pengiriman dato bandan (dato ribandan) kemakasar dan selayara untuk menyebarkan agama islam. Jika berada dalam babad Lombok itu dapat di benarkan, H. J. de Graaf berpendapat bahwa peristiwa itu harus terjadi pada masa pemerintahan sunan Dalem ( 1506-1545 AD) atau pada masa pemerintahan Batu Renggong dengan kerajaan Gelgel (H. J. de Graaf 1941:355-373:Tawalinuddin Haris 1981,1-23).

Di dalam kompleks makam keramat selaparang ada sebuah batu nisan yang bertuliskan huruf Arab dan huruf-huruf yang merupakan peralihan huruf Jawa Kuna ke huruf Bali. Inskripsi ini terdiri atas lima baris, terpahat dalam bentuk relief timbul, -(sekarang sudah aus rusak) berbunyi :
           
            Baris kesatu                : la ilaha ilallah
            Baris kedua                 : wa muhammadun rasul
            Baris ketiga                 : ulla (dan) maesan
            Batis keempat             : gagawean
            Baris kelima                : para yuga

Menurut W. F. stutterheim, inskripsi tersebut adalah sebuah cadra sengkala yang bernilai angka tahun 1142 Hijrah atau 1729 Masehi (W. F. Stutterheim, 1937 : 309 – 310). Angka tahun ini dihubungkan dengan kematian seorang raja selaparang yang pada enam tahun sebelumnya (1723 M) beperang mengusir orang-orang Sumbawa dengan bantuan orang-orang Bali yang pada akhir abad ke-17 berhasil menanamkan kekeuasaannya atas sebagiana pulau Lombok, tetapi, menurut tradisi, batu nisan yang berangka tahun itu adalah makam Ki Gading atau penghulu Gading . kalau melihat namanya, tentu bukan nama seorang raja atau datu. Mungkin, nama seorang penyebar agama atau tokoh yang ada hubungannya dengan masalah keagamaan. Kalau kita berpegang pada angka tahun tersebut maka usia peninggalan berupa “makam keramat raja” ini tidaklah terlalu tua, kira-kira dua atau tiga abad yang lampau. Namun perlu disadari bahwa angka tahun itu tidak dapat dipakai sebagai dasar penentuan umur kompleks makam secara keseluruhan. Di dalam sat kompleks pemakaman, sangat mungkin kubu-kubur yang ada di dalamnya berasal dari masa yang berbeda-beda.

Memperhatikan tipologinya, bagian terbesar batu nisan yang ada di kompleks pemakan ini mengingatkan kita pada bentuk batu nisan yang terdapat di Aceh, Banten, Madura, yang berasal dari abag ke 16 dan 17.

Oleh karena itu, dari sudut arkeologi peninggalan islam, di selaparang ini termasukpeninggalan yang tua, bahkan mugkin sekali dugaan Nieuwenhuizen tentang munculnya selaparang dan pendapat H. J. de Graaf tentang masuknya islam di Lombokyang di bawa oleh sunan prapen ada benarnya.

Ada pendapat bahwa sebelum berdirinya kerajaan selaparang islam telah ada kerajaan selaparang Hindu yang didirikan oleh Ratu Mas Pahit, salah seorang keturunan Prabu Brawijaya dari Majapahit, kerajaan inilah yang kemudian di hancurkan oleh pasukan Majapahit di bawah pimpinan Senapati Nala (Monografi Daerah Nusa Tenggara Barat, jilid 1:11  - 12).

Akan tetapi,selama bukti-bukti belum ada,maka pendapat tersebut tetap merupakan dugaan belaka,jauh sebelum berdirinya Majapahit,mungkin di Lombok telah berkembang kebudayaan Hindu tegasnya sudah ada penganut agama Hindu Mahayana.Hal ini didasarkan pada temuan empat buah arca Budha dari perunggu pada tahun 1960 di Lombok Timur ( di Batu Pandang,kecamatan Pringgabaya,Lombok Timur ).Keempat patung Budha itu sekarang masih tersimpan di Museum Nasional,Jakarta.Dua diantara keempat patung itu dikenal sebagai Tara dan Awalokiteswara.Menurut Dr.Soekmono,satu diantaranya mirip dengan patung Budha di Candi Borobudur ( R.Soekmono,1965 : 44).Akan tetapi,perlu dipertimbangkan juga kemungkinannya,bahwa keempat patung itu merupakan barang yang didatangkan dari luar.Kalau demikian halnya,tentu persoalannya akan menjadi lain.
Di dalam Negarakertagama,pupuh 14,disebutkan bahwa “Lombok Mirah” dan Sasak menjadi daerah kesatuan Majapahit.Sekalipun para ahli berbeda pendapat mengenai penafsiran kata “Sasak dan Lombok Mirah” itu,namun mereka sependapat bahwa lokasinya di Lombok belum dapat dipastikan,apakah pada watu itu sudah ada kerajaan Selaparang.

Selain dalam sumber-sumber lokal,nama Selaparang disebutkan pula dalam sumber-sumber Bali,Sumbawa,Makasar,Hikayat  Banjar dan sumber Kompeni yang umumnya berasal dari masa yang kemudian.Bahkan menurut sumber yang terakhir ini,nama Selaparang sering dikaitkan dengan pulau Lombok yg pada waktu itu diperintah oleh raja-raja yang beragama Hindu.Mungkin pada permulaannya,Selaparang ini merupakan “kerajaan” kecil  dengan wilayah yang amat sempit,yakni di Desa Selaparang sekarang dan sekitarnya.Kerajaan-kerajaan kecil semacam ini banyak jumlahnya dan tersebar di seluruh Lombok.Masing-masing dikepalai oleh seorang “Datu”.Datu satu ini pada hakekatnyai tidak lebih dari “kepala suku”,atau seorang ( cikal bakal ) pendiri suatu desa,yang dalam perkembangan selanjutnya “dipuja” oleh pengikutnya yang dianngap identik dengan raja.Diantara mereka sering terjadi perselisihan yang sering berakhir dengan suatu peperangan.

Bagaimana kerajaan Selaparang pada waktu itu tidak diketahui dengan jelas.Siapa nama rajanya,demikian pula siapa nama-nama tokoh yang dimakamkan di kompleks pemakaman kuno Selaparang belum jelas.Ada berapa nama yang disebut dalam tradisi,yaitu Raden Mas Pekel,Raden Dipati Prakoso,Batara Selaparang,dan sebagainya.Tetapi yang mana makamnya,dan apakah tokoh-tokoh itu dimakamkan di Selaparang atau ditempat lain,juga belum jelas.

Rupa-rupanya kerajaan Selaparng ini dapat mengembangkan sayapnya hingga hampir menguasai seluruh Lombok Timur,bahkan sampai di Sumbawa.Karena menurut berita Makasar,pada abad ke-17 seorang anak remaja bernama Mas Pamayanmenjadi raja di Sumbawa dilantik pada tanggal 30 November 1648 ( H.J.de Graaf, 1941 : 360 ).Dikatakan pula bahwa Lombok dan Sumbawaada di bawah kekuasaan  seorang raja yang berkedudukan di Lombok ( Cense, 1928 : 54 ).Sejak kapan Selaparang  dan Sumbawa menjadi kerajaan belum jelas.Mungkin pada waktu itu telah terjadi ikatan kekeluargaan  antara raja Selaparang dan raja Sumbawa,seperti yang tersebut dalam Hikayat Banjar,bahwa seseorang pangeran Banjar bernama Raden Subangsa pergi ke Selaparang dan kawin dengan puteri raja bernama Mas Surabaya.Dari perkawinan itu lahirlah aeorang anak laki-laki bernama Raden Mataram.Setelah isterinya meninggal,kemudian Raden Subangsa dikawinkan lagi oleh raja Selaparang dengan anaknya di Sumbawa yang bernama Mas Penghulu,yang kemudian melahirkan Raden Banten (J.J. Ras ,1968 ).Pada waktu itu,baik Sumbawa maupun Selaparang ada di bawah kekuasaan Gowa di Sulawesi Selatan,karena sejak tahun 1625 Sumbawa sudah ditaklukkan Gowa. Sedangkan Lombok baru ditaklukkan Gowa setelah surutnya kekuasaan Gelgel pada tahun 1640.Setelah jatuhnya Gowa ketangan VOC,serta dengan ditanda tanganinya perjanjian Bongaya 1667.Berita-berita mengenai Selaparang agak simpang siur sehingga sulit diikuti.

Dalam perjanjian 1674 antara Sumbawa dan VOC di Benteng Rotterdam (Makasar) salah seorang di antara utusan raja Sumbawa adalah seorang “regent” bernama “Nene’ Juoro Saparang. H.J. de Graaf fmenyimpulkan, pada waktu itu selaparang menjadi vazaal Sumbawa. Hl ini terlihat pula pada perjanjian yang ditandatangani tanggal 16 maret 1675, antar Sumbawa dan VOC, yang antar lain di wakili oleh Fransen Holstein. Dalam perjanjian ini, Sumbawa menyerahkan 16 pika beras kepada VOC yang harus di serahkan oleh Selaparang. Sumber kompeni menyebutkan, bahwa pada 1680 selaparang di kuasai Sumbawa dengan bantuan orang0orang makasar yang meninggalkan makasar karena mendapat tekanan atau tidak senang kepada kompeni (H.J. de Graaf, 1941 : 360-362)

4.      Pemugarannya

Makam selaparang atau makam keramat selaparang. Termasuk makam tanjung, sebagai benda cagar budaya dengan status “dead moment, telah di pugar oleh departemen pendidikan dan kebudayaan dengan dana proyek pemugaran peninggalan sejarah dan purbakal Nusa Tenggara Barat dengan tiga tahap. Pemugaran di mulai pada tahun anggaran 1978/1979 s.d. 1980/1981. Pelaksanaan pemugaran oleh biang permusiuman, sejarah dengan kepurbakalaan Kantor Wilayah Departemenpendidikan dan kebudayaan propinsi Nusa Tenggara Barat, dengan tenaga teknis inti dari pusat.

Pada waktu pemugaran juga dilakukan konservasi sederhana dalam bentuk pembersihan batu-bat nisan dari berbagai “penyakit” batu. Di samping itu juga di lakukan penataan lingkungan serta pemugaran dengan kawat berduri. Juga dilengkapi dengan saran penunjang seperti:
a)      Jaringan pipa air untu keperluan pengunjung maupun pemeliharaan tanaman (tanam)
b)      Rumah jaga untuk tempat tinggal juru pelihara. Dalam hal ni Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menempatkan seorang juru pelihara yang berstatus Pegawai Negri Sipil (PNS). Juru pelihara pertama dengan status PNS di makam Selaparang adalah Sdr. Lalu Nurjani.


Catatan penting :

Pada waktu penataan lingkungan dan pemugaran, ada beberapa makam “non arkelogis” yang letaknya sangat dekat dengan situs, pada bagian tenggara kompleks makam. Untuk keperluan pengamanan situs selanjutnya, dan juga untuk keserasian dengan lingkungan secara keseluruhan, maka itu kmudian “dimasukkan” ke dalam lingkungan situs yang berada di dalam pagar. Hal ini sesuai dengan hasil permufakatan dengan pihakpihak yang berkepentingan. Juga telah di sepakati oleh semua pihak bahwa seluruh tanah di dalam pagar menjadi bagian dari situs.


2.6.Makam Seriwa

1.                  Lokasi

Situ makam Seriwa terletak di atas sebuah bukit kecil di dusun Seriwa, Desa Pejanggik. Kecamatan praya, kabupaten Lombok Tengah lebih kurang 37 km dari Mataram. Bukit  tempat makam berada di sebut juga bukit Sariwa. Terletak di sebelah jalan yang menghubungkana kota praya (ibukota kabupaten Lombok Tengah) , dengan kota-kota kecamatan lain di bagian selatan Kabupaten Lombok Timur. Letak makam yang demikian menyebabkan lokasi tersebut mudah di jangkau dengan segala jenis kendaraan.

2.      Tinjauan sejarah dan arkeologi

Oleh masyarakat setempat, makam ini di kenal sebagai makam Datu pejanggik. System pemakaman di atas bukit merupakan tradisi yang sudah berlangsung sejak zaman Hindu, hingga setelah masuknya agama Islam. Tradisi ini di dasari oleh suatu konsepsi pemikiran bahwa pada tempat-tempat yang tinggi (seperti di puncak bukit) adalah tempat yang suci, dan disitulah tempat bersemayam roh nenek moyang dan para dewa. Dengan memekamkan seorang tokoh pada “tempat yang tinggi” juga dapat di artikan sebagai suatu bentuk kehormatan dari yang masih hidup kepada yang sudah meninggal (nenek moyang).



Di Lombok terdapat beberapa buah makam kuna yang terletak di atas bukit, seperti :
-          Makam Wali Nyatoq, dekat desa Rembitan, kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.
-          Makam Batu Layar, wilayah Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat.
-          Makam Buaq Bakang, di desa Perigi, Kecamatan Pringganbaya, Lombok Timur.

Di atas bukit Seriwa, terdapat tiga deretan makam, berjajar arah timur-barat. Makam-makam utama terletak pada deretan paling utara atau deret ke tiga dari seletan, yang sebenarnya tepat berada di tengah-tengah (puncak) bukit. Pada ujung barat deretan ini terdapat sebuah makam yang diberi cungkup. Makam inilah yang paling dikeramatkan. Inilah yang oleh masyarakat setempat dikenal sebagai makam Datu Pejanggik, yaitu Pemban Aji.

Pejaggik adalah satu di antara “kerajaan” yang di anggap tua di Lombok. Saying, sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan menurut disiplin ilmu sejarah tentang hal ini sangat kurang,sehingga kapan kerajaan pejanggik ini muncul belum dapat di tentukan. Satu-satunya sumber yang ada hanyalah sumber lokal, sebagaimana babad yang kita ketahui, sumber-sumber yang demikian yang mengandung banyak kelemahan bila hendak digunakan sebagai rekonsrtuksi sejarah.

Menurut parah ahli, “kerajaan-kerajaan” kecil seperti Pejanggik ini banyak jumlahnya di Lombok. Masing-masing di pimpin oleh seorang yang bergelar “datu”. Di dalam lontar “babad selaparang” disebutkan bahwa salah seorang “datu” pejanggik bernama Prabu Dewa Kusuma, sedangkan sumber lain menyebutkan nama Dewa Mas Panji. Apakah tokoh-tokoh ini yang di makamkan di makam Seriwa ini, belum jelas sumber-sumber lokal menyebutkan bahwa raja-raja pejanggik ini memekai gelar “datu”,”raja” ,”Pemban Aji”, dan sebagainya. Gelar-gelar semacam ini sering dihubungkan dengab kedudukan “raja”, dan lebih banyak mencerminkan unsur lokanya.

3.      Pemugaran

Kompleks makam Seriwa telah di pugar oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan dana proyek pemugaran dan pemeliharaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Nusa Tenggara Barat tahun anggaran 1981/1982. Pemugaran dilaksanakan secara swakelola oleh Bidang Permusiuman, serajarah dan Kepurbakalaan Kantor Wilayah Depdikbud Propinsi Nusa Tenggara Barat.
Sesuai dengan prinsip-prinsip pemugaran,diusahakan secara maksimal untuk mengembalikan sesuai dengan aslinya,walaupun bukan dalam arti mutlak.Perubahan yang dilakukan “terbatas” pada hal-hal yang sifatnya ”terpaksa”,demi untuk membuat bangunan itu bertahan lebih lama,misalnya,bila pada fondasi  yang asli batu-batu itu hanya disusun dengan bahan perekat tanah,maka dalam pemugarannya digunakan “Portland cement” (PC).Tetapi,batu yang dipasang adalah batu yang semula yang ada disitu (asli).Pada beberapa bagian,batu yang hilang diganti dengan batu yang baru,namun sejenis.
Sebagai upaya penataan lingkungan,dibuatlah jalan setapak,pagar keliling dengan pagar kawat berduri,dan pintu masuk.Untuk kepentingan pemeliharaan dan perawatan selanjutnya,juga dibuatkan sebuah rumah jaga,sebagai tempat tinggal juru pelihara.




DAFTAR PUSTAKA

Buku,proyek pemugaraan dan pemeliharaan peninggalan sejarah
dan purbakalaNTB

sejarah daerah Nusa Tenggara Barat,depdikbud,1988

data PKL 2011 oleh semester 1 angkatan tahun 2011/2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar